Ketimpangan Akses TKA di Wilayah 3T
Tes Kemampuan Akademik (TKA) dirancang untuk menjadi asesmen
nasional yang adil dan objektif. Namun dalam praktiknya, pemerataan akses
TKA masih menjadi tantangan besar, terutama di wilayah 3T—terdepan,
terluar, dan tertinggal. Banyak siswa di daerah-daerah tersebut menghadapi
keterbatasan fasilitas komputer, jaringan internet yang tidak stabil, hingga
kurangnya sarana belajar berbasis teknologi.
Kondisi ini menimbulkan kesenjangan dalam kesiapan menghadapi TKA berbasis komputer (CBT). Sementara siswa di perkotaan terbiasa menggunakan perangkat digital untuk latihan soal, sebagian siswa di pelosok masih bergantung pada latihan konvensional dengan buku cetak. Akibatnya, potensi akademik mereka belum tentu tercermin secara maksimal dalam hasil tes.
Solusi Digitalisasi Asesmen dan Sistem Hybrid
Untuk mengatasi ketimpangan ini, digitalisasi asesmen
pendidikan perlu dilakukan secara bertahap dan inklusif. Pemerintah bisa
menerapkan sistem hybrid, yaitu gabungan antara tes daring (online) dan tes
luring (offline) berbasis kertas, agar semua siswa dapat berpartisipasi tanpa
hambatan teknis.
Selain itu, pelatihan penggunaan perangkat digital bagi guru
dan siswa juga menjadi langkah penting. Sekolah di daerah 3T dapat diberikan
bantuan berupa laboratorium komputer portabel, perangkat tablet edukatif, atau
koneksi internet satelit agar penyelenggaraan TKA berjalan lancar.
Upaya digitalisasi ini tidak hanya meningkatkan akses terhadap TKA, tetapi juga mendorong pemerataan literasi digital yang menjadi kebutuhan penting dalam dunia pendidikan modern.
Pentingnya Dukungan Infrastruktur Pendidikan
Pemerataan akses TKA tidak akan berhasil tanpa dukungan infrastruktur
pendidikan yang memadai. Pemerintah daerah dan pusat perlu berkolaborasi
dalam menyediakan fasilitas dasar seperti listrik stabil, koneksi internet, dan
ruang ujian yang layak.
Lebih dari itu, pendanaan pendidikan di daerah juga harus
diarahkan untuk memperkuat kesiapan asesmen nasional. Misalnya, dengan
menyediakan perangkat komputer di sekolah, memperbanyak pusat ujian di daerah
terpencil, serta memperkuat kapasitas SDM yang mengelola pelaksanaan ujian.
Dengan dukungan infrastruktur yang merata, TKA dapat
benar-benar berfungsi sebagai alat ukur nasional yang adil, bukan hanya
untuk siswa di kota besar tetapi juga bagi seluruh pelajar di pelosok negeri.
TKA sebagai Alat Pemerataan Kesempatan
Pemerataan akses TKA sejatinya adalah bagian dari misi
pemerataan kesempatan pendidikan di Indonesia. Melalui asesmen yang setara,
setiap siswa—tanpa memandang asal daerah—memiliki peluang yang sama untuk
menunjukkan kemampuannya.
TKA bukan hanya ujian, melainkan simbol keadilan akademik: bahwa potensi intelektual tidak boleh dibatasi oleh lokasi geografis. Dengan kebijakan yang berpihak pada kesetaraan, Indonesia dapat membangun sistem seleksi yang benar-benar inklusif dan berkeadilan.
Pemerataan Akses TKA di Daerah: Tantangan, Solusi Digital, dan Harapan Baru
Tantangan implementasi TKA di daerah memang nyata, tetapi
bukan hal yang mustahil diatasi. Dengan digitalisasi bertahap, sistem hybrid,
serta dukungan infrastruktur yang memadai, Indonesia dapat memastikan bahwa
setiap siswa memiliki kesempatan yang sama untuk berprestasi.
Untuk mengetahui bagaimana teknis pelaksanaan TKA berbasis
online dijalankan serta solusi digital yang tengah dikembangkan, baca juga: Mengapa TKA Penting untuk Pemetaan Mutu Pendidikan Nasional. Artikel tersebut membahas langkah-langkah teknis
dan strategi pemerintah dalam memperluas akses asesmen akademik digital ke
seluruh penjuru Indonesia.